Friday, February 11, 2011

Bangga Aku Jadi Santri Lirboyo

Ketika ku menapakkan kaki di pesantren
begitu tersohor ternamakan
Lirboyo dari berbagai kalangan
tak tua tak muda tak juga siapapun
Datang dari plosok manapun
berniat ilmu agama bisa dikemban
saat itulah kedua mataku tertuju pada pandangan
kelangkaan yang terjadi dimanapun
interaksi modern yang biasanya digenggaman tangan
kutinggal jauh agar aman dari keamanan
begitu terasa beratnya itu alat modern di tinggalkan
Tapi, memang itu peratiran yang seharusnya dikemban
tanpa berontak dalam ucapan dan perbuatan
Memang iri melihat anak anak luar kesana kesini berpergian
bergandeng masing masing pasangan
alat modern pun siap digenggaman
melihat itu didalam diriku tak ada kekecewaan
ataupun takut ketinggalan abad modern
Karena saat itupun
timbul didalam jiwa ini akan kesemangatan
tak ada kebimbangan diri ini menapakkan kaki di pesantren
karena ku tahu kan ku pegang kembali abad modern
bersama ku kembannya akan ilmu ilmu islam penuh kesyariatan

Ketka diriku berada sudah di timur tanah Jawa
tak henti ku bermuwajjahah kepada-Nya
berharap keagungan drajat-Nya
berbagai macam ilmu alat kupelajari dari masyaikh masyaikhnya
sampai sampai ku hapal berbagai kitab salafnya
mulai jurmiyah, tashrif, imrithi, hingga Alfiyah tak terasa
Imam Ibnu Malik karya monumentalnya
Kebingungan terus menyerang otak kanan kiri secara bersama
apalah daya itu sudah kehendak-Nya
bingung bersama teman teman semasa angkatan sekolahnya
saat itupun ku bangga
menjadi santri dipesantren ternama
yang selalu hidup serba apa adanya
tak seperti kalangan anak luar lainnya
yang hidup tanpa ada tekanan jiwa
yang membuatku selalu tak berdaya
terbata bata tuk selalu mengembannya
Karena ku yakin hidup apa adanya
akan membawa diri pada hidup bahagia
di akhirat dan dunia
bersama umat nabiyyuna
yang dititipkan rosuluna
berhijrah selalu sebagai hamba-Nya
menuju maqom-maqom-Nya
berlomba-lomba mengharap ganjaran pahala


Ketika diriku berada diantara ruang dan waktu
ku selalu tersipu
disaat pekatnya malam berlabu
menghampiri kediaman hati yang beku
laksana di sungai deras menimpa kerasnya bongkahan batu
di kesendirian malam itu
Selalu ku sebut nama-Mu
membuat ketenangan hati ini selalu
dikala tersipu saat pekatnya malam berlabu
walau hidup ini penuh masalah lama dan baru
diri ini hanya ikhlas pada-Mu
seiring do'a dan ikhtiyar yang terus ku tabu
hingga menggoreskan guratan dzat-Mu
pada hati yang tersipu
sekian tak lama menunggu
sendirinya hilang sudah masalah yang terus memburu
menggencar dan menyergap tubuhku
aku pun bangga saat itu
masalah banyak seperti itu
yang tak bosan menimpaku
adakala hikmah yang bisa kukemban selalu
sebagai pengalaman yang dikenang selalu
setia ia menjaga diriku
mewaspadai masalah yang datang kembali tuk menimpaku
kan selalu datang begini begitu

Ketika ku terjembab dalam kesengsaraan
kucoba telusuri diriku akan kesalahan
menyendiri dari segala kemaslahatan
memikirkan diri ini yang punya permasalahan
ku sadar permasalahan tak semuanya bisa diselesaikan
lewat diri dalam akal nalar dan pikiran
sadar kalau diri ini harus terlandaskan
akan satu sama lain kesosialisasian
bisa lewat sahabat, karib, terlebih pertemanan
hingga lewat batas-batasan
sampai tiba disebuah persahabatan
jikalu ada kupunya permasalahan
tak lama kupendam kelamaan
cepat-cepat kubuka tanpa segan-segan
sekali ada yang mau menyelesaikan
walau satu atau dua kupunya teman
yang bantu meng-Konsekuensi itu permasalahan
bangga aku jadi santri di pesantren
ditempat itu aku pula diajarkan
sosialisasi nan begitu cepat dia punya jangkahan
Syukurku pada tuhan
menciptakan mentaqdirkan diri ini dipesantren
tak seperti kota dimana tempat aku dilahirkan
hanya nafsi-nafsi memikirkan segala permasalahan

Ketika dua setengah tahu sudah ku di pesantren ini
KU hadapi cobaan jasmani maupun rohani
Dengan kedatangannya silih berganti
selalu saja kuniati bahwa kehidupan begitu berarti
mengabdi pada kiyai terlebih ilahi
Ketika kukembali dikota kelahiran yang sudah pasti
KUpunya teman-teman sering mengejek diri ini
oleh kata-kata kalu aku ketinggalan zaman bertubi-tubi
sampai kata-kata yang terus meronta tak terbatasi
mereka pun berkata kembali pada diri ini
tak zaman kalu hidup tak dihiasi pendamping diri
selalu kata-katanya daku tak perduli
biar capek ia punya mulut berkata begitu begini
yang terus menyindir kediaman hati
Tapi tetap saju aku bangga jadi diriku sendiri
bertema alaskan santri
jalani hidup ini terus mengayomi
Tanpa lebih dulu memikirkan pendamping diri
sunggu ku tak perduli apapun kata yang telah terlontari
Karena ku tahu tak sepantasnya seorang santri
dipenuhi akal pikirannya lebih dahulu oleh pendamping diri
Niat dari rumah hany untuk mencari ilmu kiya
Yang di ridhai rosul dan ilahi robbiy
Yakinlah kalau pendamping diri itu tak kan pergi
Jikalu diri ini dihiasi ilmu Ilahi

Ketika diriku diambang perpisahan
kulihat seberkas cahaya keindahan
Penuh kegembiraan serta kemolekan kesuksesan
seperti siluet jingga berpendar diatas awan
menari-nari burung greja menebarkan cawan
menepis cakrawala yang penuh kesan
tiga tahun terus keluar peluh-peluh dari kelopak berceceran
mengingat cinta nan kelam penuh sebuah kesan
Karena kusalah meninggalkannya dalam kesendirian
bigitupun aku sampai sekarang tetap kesorangan
Di nalar ini hanya dia yang terpikirkan
aku pun tetap bahagia walau menunggu dia yang kesepian
ku pasrahkan semua pada tuhan
biar ruang dan waktu yang mentaqdirkan
ku pun yakin demikian
Sewaktu nanti tuhan kan memberi terbaik untuk ku punya kebaikan
ku selalu yakin
apa yang sudah sahabatku katakan
tenang kawan
Dia punya fakta butuh dikau punya kembali percintaan
Ya aku pun yakin apa kata demikian
Jangan kira anak pesantren
tak memiliki sebuah percintaan

Ketika diri ini dipenuhi mimpi yang sudah terpatri
terikat kuat dalam hati nurani
impian tuk agama ini diperjuangkan kembali
siap tak siap harus tersiapi
jangan sampai tersingkap kegagalan berapi-api
ini diri terlebih dulu harus dipikiri
Dengan apa terjun kelapang yang sudah tak berarti
modal sifat berani saja berarti
tak cukup rasanya kalau hanya bermodal berani
ini diri harus cukup punya ilmu sendiri
cukup tak cukup harus kujalani
memerangi kebodohan di kefanaan bumi
aku puas jadi santri Lirboyo yang mungkin diri ini tak berarti
walau ku pegang ilmunya segini
berat rasanya memikul asma Lirboyo ini
serasa bahu dan pundak dipanasi nyalanya api mengobari
Inilah diri yang kumiliki
Jangan pandang daku punya ayah begini
Sebagai tugas generasi santri
Memperjuangkan hanya islam religi
semata-mata harap rido Ilahi
Perlu kau tahu siapa diri ini
Inilah yang dinamakan si Laskar Santri



By : Muhammad Asy Syaukani

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More